Showing posts with label Karo. Show all posts
Showing posts with label Karo. Show all posts

Wednesday, September 18, 2013

please.. | #sinabung

photo by Mai Hendra Sinulingga and words by me

please..

nothing we can do with | don't worry about 
the
mountain.
but, 
we can do something | save and help
our
friends

Tuesday, September 17, 2013

#Sinabung1

Erupsi Gunung Sinabung Minggu (15/9/2013) pagi mengantarkan warga desa di kaki gunung (radius 3 KM) mengungsi ke Kabanjahe. Setelah hari pertama dengan 6000an jiwa, pada hari Selasa dengan aktivitas Sinabung yang sempat semakin terlihat kondusif sebagian pengungsi kembali ke desanya masing-masing. Belum sempat membersihkan rumah yang terselimuti abu semburan Gunung Sinabung, BOOM! Suara besar cukup mengagetkan membuat warga tersontak dan mencari sumber suara, dan melihat Sinabung menyemburkan abunya melambung tinggi ke udara hingga akhirnya seperti menari, abu vulkanik terhembus angin ke arah Brastagi. Mereka kembali ke pengungsian di Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Aktivitas lebih besar dari sebelumnya, menambahkan jumlah warga yang mengungsi hingga 11.662 jiwa.
Pengungsi di posko Zentrum Kabanjahe (Foto: Ariesta Pinem)
Kejutan yang membangunkanku Minggu pagi itu tiba-tiba menurunkan nafsu makanku-seperti biasa- pertanda "stress"ku. Sembari tak berhenti mencari berita lewat saudara, teman dan social media dan membayangkan pengalaman kejadian yang sama pada tahun 2010 lalu, pasti akan banyak kebutuhan yang diperlukan. Belum ada pemberitahuan yang cukup jelas bagaimana koordinasi penerimaan dan penyaluran bantuan saat itu, tanpa sadar ada bisikan dari luar-dalam-kanan-kiri-atas-bawah. Aku yang (mungkin) berzodiak Aquarius suka spontanitas dengan berkoordinasi dengan Eva dan Ega akhirnya menyusun yang dengan spontan menyebut #Sinabung1 menampung bantuan-bantuan yang perlu cepat disalurkan.
Dengan menyebarkan informasi melalui gambar yang dibuat dengan kilat oleh sahabatku, Kitti

Dengan ide yang seakan datang tiba-tiba begitu saja, disebarkan pula informasi seperti di bawah ini yang tadinya hanya mengira akan dibantu oleh teman-teman yang bertempat tinggal dekat dengan saya saja:
Persiapan (Foto: Ariesta Pinem)

Namun, melebihi bayangan sebelumnya, dalam 9 jam terkumpul 552 tangan atau Rp. 2.760.000,- dari teman-teman yang tempat tinggalnya di Depok sampai Bogor, Cililitan, Denpasar sampai Pontianak.

Dengan koordinasi cepat dengan sahabat yang berada di Tanah Karo, maka dengan baiknya mereka membantu mendistribusikan bantuan yang sudah terhimpun.


Walau tidak seperti yang terpikirkan dan dijanjikan kepada teman-teman, penyerahan langsung akhirnya selesai tuntas dibagikan pukul 10 malam hari Selasa (17/9/2013) karena ternyata mereka harus mendadak membagikan masker ke beberapa daerah yang disapa abu vulkanik Sinabung.
Pembagian masker di Brastagi. (Foto: Ariesta Pinem)
Dengan rencana awal, pembagian bantuan khusus untuk kebutuhan balita dan keperluan mandi.

Penyerahan bantuan di Posko Jalan Katepul (Foto: Ariesta Pinem)
PENYERAHAN HASIL AKSI #SINABUNG1 SELESAI!!!

Begini aku menamai pengirim
dengan seharusnya "Permata Depok & Lovely Friends",
 karena saat mengetiknya erupsi Selasa siang itu membuat cukup panik
 sehingga terjadi sedikit kesalahan
(foto: Ariesta Pinem)
Demi kebaikan kita bersama, berikut rincian belanjaan bantuan yang telah disalurkan:

Posko Zentrum :40 paket

1 paket  berisi:
-  Sikat gigi (4)
-  Sabun mandi Lifeboy (4) 
-  Pepsodent (1)
-  Handuk mandi (1)
-  Sampo 4 sachet 
-  Aqua besar (1)
-  Roti kacang hijau 1 bungkus
-  Rinso (4 sachets)
-  Minyak kayu putih (1) 
Tambahan  (non-paket)
- Bedak bayi (2 lusin)
- Pampers (6 lusin)
- pembalut 2 lusin
- wafer selamat (4 kotak)
- choky-choky (3 kotak) 

Posko Jalan  Katepul (Posko yang baru setelah erupsi pada tanggal 17 September 2013):  79 paket 
Terima kasih, Sahabat-sahabat
yang mengerahkan energinya di pengungsian.
1 Paket berisi:
- sabun mandi (1)
- sikat gigi (2)
- pepsodent (1)
- sampo (2 sachet)
Tambahan (non-paket)
- Aqua besar (10)
- Handuk mandi (10) 
- Roti Kacang Hijau (10 bungkus)





___________________________
I Jenda Kami, 17 September 2013

Man si nikelengi kami i teruh deleng Sinabung

Dari kejauhan ini kami saudara-saudarandu ikut merasakan kesusahan yang kam semua rasakan atas tarian dan nyanyian alam yang mengharuskan berpindah sementara ke pengungsian,

Terimalah doa dan dukungan dari kami yang berada jauh dari Tanah Karo Simalem. Kita semua percaya ini adalah salah satu kesempatan buat kita untuk menunjukkan kebersamaan kita, di mana pun kita berada.

Terkhusus buat sahabat-sahabat relawan, terima kasih atas energi dan kerja samanya untuk tak berhenti membantu saudara kita yang membutuhkan.

Untuk kita semua, tenang dan jangan khawatir, karena semesta alam, gunung Sinabung adalah sahabat kita.


- Saudaramu
___________________________


Terima kasih buat tangan-tangan kita! 
Satu hal pasti, masih banyak mereka di sana yang membutuhkan tangan-tangan kita.
Kita belum bisa pastikan sampai kapan mereka akan berada di pengungsian. Kita sangat berharap jangan sampai ada aksi #sinabung dengan angka-angka yang lebih besar di belakangnya.

Salam

Wednesday, September 11, 2013

New Spirit for #Karo

Banyak yang setuju

  "ga ada yang kebetulan di dunia ini"

Aku termasuk salah satu dari mereka. Kamu?

Kebetulan ini adalah akhirnya kupersatukan di blog ini tentang dua hal yang bercerita tentang yang ada di tengah-tengah Karo dengan berbagai masalah, adalah seperti masalah petaninya yang mengalami kerugian dengan wabah yang menyerang tanamannya, ada manusia-manusianya yang mengidap HIV/AIDS atau yang lebih marak lagi NARKOBA, atau yang selalu menyebalkan tentang ulah pemerintahnya - yang sebenarnya bukan Karo saja yang bermasalah. Tapi, ada perasaan geram atau bahasa imutnya gemesshhh melihat keadaan, terbersit mata melihat kesempatan

Sumber pertama dari akun twitter @mejuah_juah yang ngetweet link ke blognya -- setelah lama tidak menuliskan sesuatu -- cerita penyemangat Kekaroan gitu deh..


Sedikit kutipan dari blog tersebut, namun selesaikan dulu membaca postingan blog ini sampai bawah, jangan langsung mengklik sampai instruksi selanjutnya:


Hal yang kedua -aku merasa- sama diungkapkan dengan media berbeda, dengan suara penuh canda diselingi dengan canda. Setelah berselancar dari twitter ke Facebook, lalu ke soundcloud akhirnya menemukan hal berharga seperti menemukan jodoh, silahkan didengarkan, tinggal klik, JOSS! 


Sebuah karya dari Arie Gintza, begitu dia menulis namanya di Facebook berdomisili di Tanah Karo, Kabanjahe. Salah satu orang yang kukenal yang sangat bertalenta pada goresan tangannya dan kemampuan bermusiknya, terlebih musik tradisional Karo.

Itu dua hal yang -katanya- kebetulan kutemukan di dunia maya dalam minggu ini.
This great two things, both well said the new spirit for Karo.

 Oh, ya. kembali ke atas sekarang sudah bisa diklik linknya sambil mendengarkan satu suara lagi dari Arie.



Mejuah-juah!

Monday, July 15, 2013

Like Father Like Son

Dua hal yang berhubungan ya pantas terhubung. Bahkan yang tak memiliki hubungan sebelumnya saja bisa terhubung kayak aku dan kamu. halah, gagal gombal!

Lupakan yang di atas.
Tapi tentang hubungan benar juga sih, ada yang bisa terhubungkan kalau memang keduanya dihubungkan. malah teteup dibahas. eh.

Kembali seperti judul ini ada pemusik dua generasi yang berbeda. Kedua pemusik ini ayah-anak, Stasion Tarigan dan John Tarigan.
Ga usah pake lama, langsung aja liat kedua video di bawah:


Bapak yang memainkan alat musik tradisional Karo yang bernama Balobat/Baluat adalah Stasion Tarigan, Seniman Karo. Penampilannya di video ini dalam rangkaian Album Gerakan Moral Seniman Karo adalah spesial. Pasalnya, setelah selesai produksi album ini sampai pengambilan gambar,belum sempat diedit dan dirilis, Seniman Karo yang termasuk dalam Seniman Karo legendaris yang dikenal dengan R'46 ini menghadap ke Sang Empunya. *jadi melow*

Kembali ke fokus, video berikut ini adalah penampilan putra yang mewarisi talenta sang legenda, John Tarigan yang juga melabeli dirinya sebagai R'46 Junior. Tampil awal tahun 2012 bersama Sanggar Sora Sirulo serta didokumentasikan dan disimpan di channel YouTube-nya.


Pejamkan mata, seperti dua Tarigan Mergana satu darah ini meniup instrumen yang sama. Bagaimana?

Sebaik-baik "Like father like son" lebih baik tidak harus memiliki garis keturunan dahulu baru berkarya. #DemiKaro!

Mejuah-juah.

Monday, January 21, 2013

The Dancer

*untung ada Turnamen Foto Perjalanan, sehingga bisa memicu untuk terus ngeblog dan sharing stock-stock foto. mari *

Seorang penari perempuan Karo menarikan "Landek Tonggal Tan" (Landek: menarikan tarian tradisional Karo; Tonggal: tunggal/satu; Tan: tangan) dalam sebuah acara Gendang Guro-guro Aron , sebuah pesta tahunan bagi masyarakat Karo sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen. Tarian ini merupakan tarian yang hanya ditampilkan pada pesta-pesta/upacara-upacara tertentu. Kini seperti jarangnya kita melihat orang menarikan ini, begitu juga kini jarangnya perempuan Karo yang piawai menarikannya. Kini seperti hal antik, langka. Mejuah-juah :)

Thursday, November 22, 2012

Gelap Sepi


Gelap sepi, gambar seorang anak di rumah tradisional Karo, Rumah Si Waluh Jabu di Desa budaya Lingga, Tanah Karo, Sumatera Utara. Setiap manusia memiliki identitas yang mengkonstruksi dirinya baik secara jelas bisa dilihat atau malah juga tersembunyi di balik keseharian atau bahkan tidak disadari sebagai salah satu identitasnya. Karo dan suku yang lain di Nusantara menjadi salah satu identitas masyarakatnya sendiri, bagaimanapun kepedulian kita terhadapnya. Bagaimanakah keadaan yang menjadi bagian identitas kita, dalam foto ini seorang anak yang mencoba membersihkan sendiri walau kini sudah sepi tak berpenghuni. Semula seperti namanya, Rumah Si Waluh Jabu (rumah –yang didiami oleh- delapan keluarga), kini tinggal keluarganya sendiri, seperti banyak yang telah berpaling dari tradisi tapi masih ada yang seperti sang anak dan keluarganya, tetap setia menjaga dan mengurusi.

Thursday, December 29, 2011

My Painting

aku -Kaban, Dec 2011
The painting is headdress of Karonese's man, named "bulang-bulang", made from a "Beka Buluh" a Traditional Clothes.

My Painting & Sarune with the backdrop: Beka Buluh
Sarune (aerofon double-reed) is Karonese Traditional Musical instrument.

Beka Buluh used in the ethnic group's culture of Karo, Indonesia. Characterised the culture, and and generally was red as the sign of courage. A man ussually wear this cloth as headdress or on trilateral-form put on shoulders at wedding ceremonial.

Sunday, August 21, 2011

Nungkir Penggual


Uga me enda ukurndu jine, Kila?
Malu gendang katawari pe tenahken jelma erkerja
La mandang kai si kurang, ndahiken dahin si rulo
Senang, ipala-palaindu ntah uga pe ndube ukurndu

Kai me enda cikepenndu
Maka seh kel paguh dingen meriah ukurndu enggual
Malu gendang la terjeng malu
Si apai pakendu orat?

Oratkenndu tapi la belaskenndu ertina
Tendiku ngaloi arah odak
Pegeluhken ukur meriah
Kucuba, tuhu la nungkah

Nungkun ukurku, kupepayo
Tapi uga maka kurang ter kuakap mukuisa
Odak pe la seh, ersora la terendekken
Terjeng tortih tortih denga nge ngenca

Tuhu, enda gendang, gendang kegeluhen
Ipalu, mpegeluhken
Nungkir penggual, erlajar kerna nggeluh
Ngarep tendi, pepagi baci malu janah nggeluh

Friday, August 19, 2011

Learning

http://www.youtube.com/watch?v=AK7utU18a4M

I'm interested in learning Karo traditional musical instrument.

Surdam (end-blown flute)
Ketteng-ketteng (Percussion made from bamboo)

Monday, July 18, 2011

Yang Sekali

Pak Ginting, dengan Penganak, Gung kecil
Di dalam masyarakat Karo dikenal perumpamaan Bagi si malu gung (bahasa Karo) yang dalam bahasa Indonesia berarti seperti pemukul gong. Perumpamaan ini lahir dari salah satu produk kebudayaan dalam bentuk kesenian musik, yang dikenal dengan sebutan Si Lima Sendalanen  yang berarti lima sejalan . Si Lima Sendalanen ini merupakan sebutan bagi pemain musik di Suku Karo yang memang terdiri dari lima perangkat alat musik yakni: Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (membranofon), gung, dan penganak (gung kecil).  Kembali ke fokus awal, dalam permainannya gung dan penganak ini berfungsi sebagai pengatur ritme. Gung dipukul pada saat pukulan penganak yang kedua dan berlaku seterusnya, dengan kata lain, Penganak dimainkan dua kali, gung sekali. Fungsi Gung ini walaupun terlihat sangat sederhana dengan sekadar memukulnya secara konstan sesuai dengan ritme, tapi sekali salah, bisa mengacaukan semuanya, pemain musik lain, penyanyi dan bahkan orang yang menari yang sedang diiringi oleh Si Lima Sendalanen ini.

Perumpaan di atas mengumpamakan orang yang kalau baik/benar, tidak dipuji tapi kalau salah dicibir bahkan dimaki.
Orang tidak melihat sebanyak apapun yang baik yang dia lakukan, tetap diingat kesalahan yang tetap dia lakukan.
Miris -menurutku pribadi- kejadian yang diumpamakan perumpamaan tersebut, tapi dalam kehidupan yang menjadi inspirasi lahirnya perumpamaan itu juga ada hal lain di mana ada orang yang tetap mengingat-ingat kebaikannya ditengah kesalahan, keburukan yang banyak dilakukannya. Hal yang baik yang pernah dilakukannya dijadikan pembelaan akan keburukan. Lebih parah daripada Bagi si malu gung.