Saturday, June 11, 2011

Jangan ribut, Aku sayang Kalian.

Berikut adalah cuplikan dari sebuah CD yang saya temukan di onggokan barang-barang lama, bercerita tentang sebuah kisah antara beberapa sahabat.
Bloody (laki-laki) mengambil sesuatu dari dari dalam kantong celana kirinya, membukanya lalu mengeluarkan benda berukuran 5 sentimeter, lalu menyalakannya, sedangkan ketiga temannya (perempuan) terkejut dan seolah jengah melihat apa yang dilakukan apa yang dilakukan oleh sahabatnya yang sama sekali tidak menyangkanya dia melakukan hal itu 


Santi: Whoa, sejak kapan, Dy?
Putri: Ih ih, Bloody!
Loona: Udah pinter banget ya sekarang!
Bloody: Hehehe, apaan sih, sudahlah jangan dibahas... 
sambil terus menghisap benda 5 cm itu dengan penuh gairah bagaikan berciuman dengan pacar setianya yang tidak pernah berpindah bibir
Loona: Ih ih, ga boleh, apa-apaan tiba-tiba kita tahu sahabat kita, yang setahu kita dia teman terbaik kita tiba-tiba ngerokok.
Bloody: Teman terbaik itu diukur dari merokok atau tidak gitu, ya? Kalian seperti berpikir merokok adalah perbuatan kriminal yang paling keji
Putri: Iya! Keji, kejam, tau ga? Itu kan perbuatan yang ga bagus, ga bagus buat diri sendiri, ga bagus buat orang lain di sekitar juga, membahayakan kehidupan. Membahayakan kehidupan itu ga perbuatan yang keji? a?
Santi: Sejak kapan, Dy? Kenapa merokok? Lagi kenapa emangnya?
Bloody: Kalian mau tau alasannya?
Putri, Loona, Santi: IYA!
Bloody: Aku lagi stress, banyak pikiran, pusing
Loona: Kenapa? Kenapa? Cerita dong!
Bloody: Heh, ini kan lagi cerita, diem dulu deh. Aku lagi stress banget, pusing banget, masalah lagi banyak-banyaknya nih. Tapi tenang aja, jangn ribut, Aku sayang Kalian, dengan merokok aku bisa lebih tenang, emosiku bisa teredam. satu sisi lebih baik begitu, kan? dari pada aku ga bisa meredam emosiku, dan kalian jadi imbasnya, aku melampiaskan stress ke kalian, jadinya aku jahat banget kan. kalau tadi kalian bilang itu ga bagus buat aku, setidaknya aku doang yang merasakannya, kalian tetap baik-baik.

menunggu aksi berikutnya, tiba-tiba layar Laptopku berwarna-warni, dan tayangannya terhenti. setelah berusaha memperbaiki apa yang mungkin rusak, namun tidak memberikan hasil, akhirnya aku mengeluarkan CDnya dan bilang "dasar CD bajakan"
hmmm, KAYAKNYA pesan moral terpenting dari note ini adalah STOP AKSI PEMBAJAKAN. 


Fair is foul, foul is fair- W. Shakespeare



Monday, June 14, 2010 at 3:03pm

Nini Bulangku, Jendareh Kaban

Hanya ingin berbagi cerita tentang seseorang. kalau mau dan ga sibuk, baca saja.




29 Maret 2010, pukul 9.00 WIB aku bangun seperti biasanya hari Senin, mood masih coba ditata, badan lemas. Bangun-bangun main komputer, putar musik, lagu-lagu Viky Sianipar, lalu ngetik-ngetik tugas, mengejar deadline kuliah jam 1.
Taktiktaktaktik ngetik-ngetik ga kerasa sudah sejam ngetik sambil cari ide, idenya berkurang, tarik nafas, OL!
asik dengar lagu, ngerjain tugas sambil OL, *jengjengjeng HP berbunyi, -GoodDad calling- pertama heran tumben nelp jam siang jam 11 gitu.
yak, Nande:"halo halo, lagi ngapain nakku?"
Aku: lagi buat tugas, Mak. kenapa?
Nande: ga kuliah kam?
Aku: kuliah sekale jam sada
Nande: Nakku, jangan kam nangis ya, besok jadi kam UTSnya kan?
Aku: a? nangis kenapa? jadi tinggal Selasa, Rabu, Kamis lagi UTSnya
Nande: ini kami lagi ditempat Pa tengahndu, barusan pergi bulangndu
*ngessss...
lupa selanjutnya aku ngapain, bagaimana, yang pasti, aku bilang "iya" menanggapi semua kata.
putus teleponnya, aku ga tau harus ngapain, diem lebih dari se jam-an gitu, baru sadar, dan ga yakin,aku nelpon balik, lalalala


baru malam sebelumnya aku nanya kabarnya yang baru pulang dari rumah sakit, tapi dia sudah di rumah Pa tengah. ada satu hal yang membuat aku merasa bersalah sampe saat ini aku ga jadi nelepon Pa tengah tuk ngomong sama Bulang, karena aku telpon mamak lagi tiduran, dan menunggu pulsa yang baru dikirim masuk, aku tidur, bodoh, yoel bodoh.

yah, begitulah awalnya aku berpikir keras mengembalikan memory tentang seseorang.
itu cuma pengantar, sampah.


Jendareh Kaban, katanya itu namanya.
lahir, katanya tahun 1920an.
tubuhnya ga terlalu tinggi, terakhir kupeluk dia, (waktu mau balik ke Jakarta habis Kerja Kakakku) aku harus bungkuk sekitar 15 cm biar tingginya sama.
Mungkin keberuntunganku aku mengenal banyak orang tua semasa kecilku, masih sempat bertemu dengan Nini Bulang dan Nini Tudung.
aku masih bisa mengingat kasih sayang yang kudapat dari dia, mungkin kalau merasakan digendong aku ga bisa ingat.
aku mengenal dia sebagai orang yang punya rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
masi kuingat jelas kalau kami lagi nonton, meski ga ngerti bahasa Indonesia dengan baik, dia pasti nanyain, "e kalak ja nge e, Joel*?" "kai nina ah?"
*Joel, begitu dia memanggilku.
lalu ku jawab, misalnya tentang nelayan luar negri, "kalak Eropa, Bulang"
"ee, jago kap e, me?"
"kita baci kang sibahan bage ah i Indonesia e?"
ya,.. pertanyaannya terus berlanjut,
Dia juga seorang yang suka sekali bicara, "percakap-cakap" kalau sudah mulai ngobrol.
Dia sewaktu masih sehat, bisa tahan berbicara sepanjang hari, menceritakanku apa saja, mulai dari tentang adat, keluarga (kade-kade), silsilah (trombo), jaman dulu, penjajahan, sampai dunia musik.
kalau dipikir-pikir, minat musik tradisional yang kumiliki tidak lepas dari pengaruhnya.
aku diajari main "keteng-keteng" alat musik pukul dari Karo, itu alat musik pertama yang dia ajarkan,
dia perlihatkan bagaimana cara membuatnya, dia buat beberapa buatku sewaktu kecil,tapi namanya anak kecil, yah, ga bertahan lama. aku bertumbuh semakin besar, dia mengajariku bermain balobat (alat musik tiup Karo). dia datang waktu itu dari sapo(bahasa Karo dari gubuk) membawa dua buah benda panjang hitam, kusam.
Dia bercerita, itu balobat yang dia gunakan saat dia masih remaja, dia mainkan itu di mana saja, di bawa saja, dia membuatnya sendiri, begitu kecil seperti piccolo (alat musik tiup seperti recorder, namun lebih kecil)
"enda bandu, ndi" begitulah kata-katanya saat memberikan benda itu kepadaku. aku ga percaya benda unik itu diberikannya kepadaku, kuingat ku sangat girang luar biasa menerimanya.
Dia adalah seorang "good observer" dia bisa mengamati sebuah kejadian, pembicaraan, percaturan, firman Tuhan, sampai keterampilan.
Dia pernah cerita, saat dia datang ke kampung orang, melihat pekerja pembuat keranjang dari bambu, setelah dia melihat, tak lama kemudian dia menirunya dan berhasil membuat keranjang yang sama.
dulu dia selalu memakai peci dan membawa pisau di pinggangnya. mungkin akibat pengaruh jamannya yang mengharuskan membawa pengaman diri. lucu.
satu kebiasaanya yang unik, dia jarang atau malah tidak pernah pergi ke kedai kopi untuk mengobrol.
lelucon keluar dari Tigan (istrinya) "emaka la keri-keri senna e"
Kepribadiannya cukup keras sama dengan kata-kata "atena nge atena"
Dia sangat mendukung penuh cucu-cucunya untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
pernah sekali saat aku kelas 5 SD, bapak beli TV baru, dan aku tidak mampu lagi mempertahankan gelar juara 1 di sekolah. dia bilang tentang (prestasi) "ula bagi jantung galuh, Joel, erdekahna erkitikna "
artinya jangan seperti jantung pisang, Joel, semakin lama semakin kecil.
itu sungguh malu dipermalukan di acara keluarga dibilang pemalas dan membodoh.
pengalaman lagi, mungkin karena dia mantap prajurit, dia sangat anti melihat tangisan, sama seperti diriku saat ini.
waktu aku pulang ke rumah dengan nangis2 karena berantem, sekitar umur 7 tahun, dia marah di depan bibi2, dan semua orang tua, "ula ngandung, bagi diberu bage" dengan nada intimidatif. dipermalukan, dan itu sangat melekat sampai sekarang, aku juga seperti dia.

tapi, dibalik keoptimisannya, menurut cerita bapak dan adik2nya dia dulu seorang yang kolot secara pemikiran, karena untuk menyekolahkan anak2nya dia tidak ada kepikiran, dia merasa lebih baik untuk anak-anaknya menggembala di sawah saja, tidak usah pergi dari Sarimunte(kampung tempat mereka tinggal) untuk sekolah, yang mahal, dan tak pasti.
anak-anaknya, lari meninggalkan kampung untuk bersekolah di kota, Kabanjahe dan menurut cerita bapak dan adek2nya, bulang sempat bilang "ulanai ko reh ya" yang keluar akibat perasaan sayang nya karena tidak rela berpisah dengan anaknya,namun bertahun-tahun setelahnya, anak-anaknya yang membawanya ke kota dan menikmati kehidupan yah, meski tidak sekaya bakri, tapi dia termasuk orang tua yang paling berhasil, punya anak yang membanggakan,melihat ini, beberapa orang yang mengenal beliau menamainya dengan bagi itik, anak mbabai indungna . satu hal yang membuat aku senang, dia bangga sekali punya cucu yang kuliah di UI. dia bilang ke pada setiap orang, sambil mengeluarkan sticker lambang UI, makara dari dompetnya bahwa cucunya kuliah di sekolah terbesar, terbagus di negri ini.
bulang, oh bulang....
kalau ada yang bisa membuatmu bangga lagi, sebisaku akan kulakukan. enggak sempat kam menyaksikan aku wisuda yang beberapa bulan lagi(ga lebih dari 20 bulan)

Terimakasih, Tuhan atas seseorang seperti dia kau berikan kepadaku sampai ku berumur 21 tahun 37 hari.
Luar biasa, tak sanggup kupinta tuk bersama walau sehari lagi. ku percaya Kau buat yang terindah, selalu terindah.




*Aku menyadari sepenuhnya bahwa tulisanku ini kacau, tidak sistematis, seperti orangnya mungkin. maafkan membuat kalian pusing membacanya, dan terimakasih sudah membaca, apalagi membaca dari awal dan baik baik saja sampai baris terakhir ini, :')

Saturday, May 1, 2010 at 2:55am