Showing posts with label [random] Thought. Show all posts
Showing posts with label [random] Thought. Show all posts

Thursday, December 19, 2013

Petualang Kota


Di tengah-tengah serunya pekerjaan dan ritme keseharian, kalian pernah kemasukan sesuatu gitu, ga? Kemasukan ide, penampakan atau mimpi-mimpi yang tiba muncul aja pas lagi di jalan pulang, ngeliat apa jadi kepikiran apa gitu. Atau ngeliat lampu belakang kendaraan yang merah semua, jadi halusinasi jadi tiba-tiba pengen clubbing di kamar gitu? eh. Jaka Sembung udah ngeblog, tetep aja ga nyambung ya bo'.

Kalau aku, seperti pepatah "banyak berjalan, banyak dilihat", ada, kan pepatah gitu? Atau generasi ini ga tau pepatah lagi? Byaarrr! - ngeliat beberapa kali orang seperti gambar di bawah ini, ngeliatnya aja langsung ngiler, "kayaknya dia traveller, adventurer atau apapun yang lebih jauh lebih keren dari sekadar namanya", pikirku. Apalagi di tengah gencet-gencetan waktu untuk ini dan untuk itu sampai-sampai, sampailah tahun ini kepada tahun tersedikit bepergian :|. *ajak aku pergi-pergi dong, kakak*
Ada yang sudah tau? Yang sudah tahu ga boleh jawab. biar seru aja dulu. :p
Wujud-wujud seperti gambar di ataslah yang beberapa kali aku jumpai di tengah-tengah ramenya orang yang hampir se-tipe, pakaian kerja kantoran yang menjadikan kegantengan dan kecantikan mereka bertambah. *tapi kalau ga pake pakaian kerja, enggak :p. Ber-tas-carrier, bahkan pernah juga melihat yang tasnya lebih besar dari itu.



Iya, beneran! Kadang ngelihat ada yang tasnya lebih gede daripada orangnya. Jangan main-main dengan rasa penasaran, beberapa kali sangkin kepo-nya, aku ikuti orang-orang seperti itu, berusaha cari tahu dia mau naik gunung apa atau gunung yang mana. Atau, backpacking ke mana.


Eh, tau-tau, sampailah hari tadi, ketemu lagi orang-orang seperti itu, langsunglah difoto. Ehm, ya, dari sekian kali liat orang-orang sejenis ini, baru tadi sempat difoto, karena datangnya ke kantor, dan lumayan kantor punya banyak gadget review-an yang bisa dipinjam sekejab untuk nyuri gambar si boy ini, dia masih muda, se-baby face aku, kira-kira. Eh, namanya bukan si Boy, tadi katanya namanya Hari, ga pake "Tanoe", kita percaya aja, ya! Kita sebut namanya Hari saja.
Daan...
Selamat ya, yang tadi sebelum baca sampai akhir, sudah bisa nebak orang ini profesinya apa. Bukan peralatan naik gunung-gunungan atau pakaian-pakaian bepergian yang ada di dalam tasnya, bukan juga barang-barang yang dibawa kala pergi kabur dari rumah. 



Nah, sekarang kalian bolehlah sok kaget atau sedikit angguk-angguk tanda apresiasi. Terserahlah, bagaimanapun caranya, yang penting bahagia, boleh juga tertawa, kalau ga dibahagiakan, ga akan bahagia. *mules teguh*.

Jadi, begitulah salah satu hal yang (aku) baru (tahu); profesi kurir atau kerennya, courier, messenger. Kata Hari dan hari-hari yang lain, tugasnya mengantar apa yang perlu diantar, dari kantornya ke mana-mana (Jakarta sekitarnya), juga dari mana-mana ke kantornya. Semakin banyaknya Hari-hari ini ditambah pula dengan semakin semaraknya belanja online sekarang. Kalau urusan kantor biasa aja; tugasnya ngantar dokumen-dokumen, surat-surat atau invoice, namun, perusahaan atau si toko yang melayani belanja online ini, orang seperti Hari lah yang menjadi andalannya. Kurir ini diandalkan karena dengan gaya mereka seperti itu, ber-tas-besar dan bersepeda motor mampu menembus jalanan Jakarta yang, ... sudahlah... Bisa dibandingkan bila menggunakan jasa pengiriman barang khusus baik yang sudah bernama ataupun beraktekelahiran, hanya akan memakan waktu lebih dan juga biaya yang terus bergerak sesuai dengan jumlah dan berat barang yang dikirimkan. Kalau dengan in house messenger, mereka jadi bisa janji kepada pelanggan mereka pengantaran barang jualan mereka dengan waktu yang lebih tepat, langsung ke tempat.

Jadi ingat juga semakin banyak jasa-jasa yang coba menjawab masalah di Jakarta, menempuh jarak yang sangat memakan waktu, seperti ojek canggih bisa pesen online, sampai pengantar ASI.

******
Seru, semua bereaksi dari aksi yang ada, atas semua masalah dan keterbatasan saja, lahir inovasi dan terus berkembang. Sambung menyambung menjadi satu kaya omongan ibu-ibu.


Aku sempat tertawa sendiri, lho, saat aku dulu mengidam-ngidamkan pekerjaan yang lebih ke "lapangan", bukankah Hari ini orang lapangan yang, kalau dilihat dia bahagia-bahagia saja jadi Petualang Kota? *rethinking for the ambition*

BUJUR..
Itu artinya terima kasih dalam bahasa Karo, Suku Karo yang di tanahnya lagi ada Gunung Sinabung yang sedang bernyanyi dan menari, kutahu kalian ga lupa, mohon doanya. Bujur ya sudah membaca, walau seperti terjebak dengan bacaan yang tak penting. Cuma mau ngoceh di tengah Desember yang padat dengan kerjaan dan hujan juga kerinduan. Eh.

Oh iya, kalau misalnya ada film dokumeter(-dokumenteran) tentang petualang kota ini menarik / ga, ya? Nanya aja.



Kalau ke mana-mana, hati-hati di jalan, ya!
Semoga selalu Hari bahagia.

Wednesday, September 11, 2013

New Spirit for #Karo

Banyak yang setuju

  "ga ada yang kebetulan di dunia ini"

Aku termasuk salah satu dari mereka. Kamu?

Kebetulan ini adalah akhirnya kupersatukan di blog ini tentang dua hal yang bercerita tentang yang ada di tengah-tengah Karo dengan berbagai masalah, adalah seperti masalah petaninya yang mengalami kerugian dengan wabah yang menyerang tanamannya, ada manusia-manusianya yang mengidap HIV/AIDS atau yang lebih marak lagi NARKOBA, atau yang selalu menyebalkan tentang ulah pemerintahnya - yang sebenarnya bukan Karo saja yang bermasalah. Tapi, ada perasaan geram atau bahasa imutnya gemesshhh melihat keadaan, terbersit mata melihat kesempatan

Sumber pertama dari akun twitter @mejuah_juah yang ngetweet link ke blognya -- setelah lama tidak menuliskan sesuatu -- cerita penyemangat Kekaroan gitu deh..


Sedikit kutipan dari blog tersebut, namun selesaikan dulu membaca postingan blog ini sampai bawah, jangan langsung mengklik sampai instruksi selanjutnya:


Hal yang kedua -aku merasa- sama diungkapkan dengan media berbeda, dengan suara penuh canda diselingi dengan canda. Setelah berselancar dari twitter ke Facebook, lalu ke soundcloud akhirnya menemukan hal berharga seperti menemukan jodoh, silahkan didengarkan, tinggal klik, JOSS! 


Sebuah karya dari Arie Gintza, begitu dia menulis namanya di Facebook berdomisili di Tanah Karo, Kabanjahe. Salah satu orang yang kukenal yang sangat bertalenta pada goresan tangannya dan kemampuan bermusiknya, terlebih musik tradisional Karo.

Itu dua hal yang -katanya- kebetulan kutemukan di dunia maya dalam minggu ini.
This great two things, both well said the new spirit for Karo.

 Oh, ya. kembali ke atas sekarang sudah bisa diklik linknya sambil mendengarkan satu suara lagi dari Arie.



Mejuah-juah!

Friday, June 14, 2013

#Sengkebabah

Akun twitter pribadiku @yoyoyoel, sejak tahun lalu ada beberapa tweet yang di belakangnya aku bubuhi tagar/hashtag #Sengkebabah. Isi tweetnya macem-macem, mungkin ada yang kesel karena kadang ku-tweet dengan bahasa Karo, mungkin juga ada yang terhibur atau malah terganggu pikirannya karena tweetku itu.

#Sengkebabah itu apa sih sebenarnya?

Sengkebabah itu sebuah kata dalam bahasa Karo, yang kata dasarnya adalah "babah" yang berarti mulut atau dalam kata lain setelah ditambahkan imbuhan, Sengkebabah berarti seucap (kata). Kata ini sering terdengar sejak aku hidup di kampung halamanku, Kabanjahe, Tanah Karo (sekarang di Ibukota *prett* hahahak). Intinya spesialnya si Sengkebabah ini adalah yang terucap secara spontan dari rasa yang bergejolak (<<- ini aja udah bisa ditweet ditambah hashtag #sengkebabah, nih hahak *apaan sih* *stress* *boam* ;p ).

Ya.. gitu, deh ini sebenarnya inspirasinya dari #seucap-nya @candramalik. Jadi aku buat aja versiku sendiri sebagai anak Indonesia cinta budaya, ya pake bahasa Karo *pencitraan mau jadi Bupati Karo, coy! ;p*


Tweet-tweetku ber-hashtag #sengkebabah itu ini deh contoh keabstrakannya. :|








Eh, itu dulu, ya.
Aneh-aneh, kan. Maaf ya, kakak.
Besok-besok ditambah lagi deh postingan blog-nya.
Daa! :*

Oh, ya makasi udah mampir.

Wednesday, December 14, 2011

luGI|LAgo -Demokrasi

Lugi dan Lago si tubuh lembek bersuara keras.


"Lugi, jangan tanya kenapa Indonesia ada banyak karakter "tidak tegas""


"Kenapa, Lago?"


"Lugi, kalau kelamaan di air, ayam pun mungkin jadi bebek"


"Indonesia sebagai negara maritim bukan berarti gak ada darat, lho, Go!"


"Itu! Itulah ketidakmampuan melihat darat dan ketidaksadaran akan laut"


"Perlu cari pendaki gunung yang tangguh dan penyelam yang ulung"


"Tetap, yang harus hebat ketika berhadapan dengan belanga, Gi !!"


"Itu, itu juga, Go yang buat capek walau dipinta."


"Belanga Demokrasi jadi tempat pendaki gunung mengajari orang laut berenang"


"Ini belanga demokrasi"


"Pantang yakin tanpa debat dan voting"

Tuesday, December 13, 2011

luGI|LAgo -Film Indonesia

"Go, Film Indonesia di negaranya sendiri belum bisa berharap banyak, penontonnya masih sakit"


"Nonton dulu baru sembuh"


"Tapi sakit ga bisa nonton"


"Padahal cuma dua bungkus rokok udah bisa nonton di bioskop, Gi"


"Satu selop juga diberi, bahkan seumur hidup tak mengisap kalau tahu itu untuk sehat, Go"


"Nyamannya tubuh berpenyakit"


"Enggak bisa selamanya diharapkan waktu sisa orang urban menunggu macet menunda pulang untuk menghidupi film Indonesia"


"Film maker berjuang, penonton tak sadar sedang diperjuangkan" 


"Butuh ciuman bukti cinta bersambut"

Monday, December 12, 2011

Trio Spesial

Jalan hidup emang ga bisa dikata

Minggu, 4 Desember 2011 akhirnya liat LLW LIVE!!!

LLW - Indra Lesmana (Piano, keyboard and synthesizer), Barry Likumahuwa (Bass), Sandy Winarta (Drum) - jadi performer yang spesial di festival tahunan itu.

Spesial trio yang buat ruang antara langit dan bumi jadi terasa penuh banget terhembus melodi dan irama dari cuma tiga orang. Kejutan-kejutan nakal yang membelalak mata dan telinga yang perkusi bandel jadi melodis, instrument melodis meng-perkusif. Aku semakin percaya "less is more". Bukan tentang kuantitas, tapi kualitas musik yang tingkat dewa yang mereka bawakan sampe-sampe beresonansi ke hati dan menyentil otak sekaligus, sangkin amazednya. Peran-peran penting dan full, dan nampol dari setiap penggawangnya memberi rasa takjub tak bersisa. LLW menghaturkan syair lebih tanpa vokalis. Komposisi dan aransemennya tak ada dua.

Di penampilannya, ada trio lapisan kedua bersama LLW oleh - world acclaimed - DJ Cream, - the jazzman - Indra Aziz and - rapper- Kyriz Boogiemen.
double trio!

Selapis aja udah paten, dan harmonis apalagi ditambah trio yang kedua. Sentuhan DJ yang menambah kekuatan untuk menggerakkan badan penonton, rapper Kyriz Boogiemen menimpali menambah klimaks pertunjukan spesialnya dilengkapi bagian yang menyelimuti dan menegaskan ke-jazz-an mereka oleh Indra Azis - pertama ketemu beliau di World Music Workshop oleh Ubiet di Salihara Mei lalu, belum tau tentang dirinya yang ternyata master vokal, beatboxnya keren, dan apik berSaxophone-.

Kesempatan liat mereka live untuk pertama kalinya -setelah lama ngiler banget liat info tentang mereka sebelumnya- jadi kado awal natal bolehlah. :p

Entah kenapa ya lia trio ini, jadi ingat trio-trio yang populer di Batak yang juga menampilkan karya-karya yang memuaskah jiwa, berhasil bawa harmoni.

Trio spesial ke-dua di 34th JGTC -Jazz Goes To Campus- bertema Jazz The Way It Is
Ada Gugun Blues Shelter. :))

They two made my life in this year so melodic.

Sunday, December 11, 2011

luGI|LAgo -Simbol

"Gi, apa sekarang kita ga mampu memahami simbol-simbol dalam kehidupan kita, ya"

"Enggak ada yang enggak simbol, Go!"

"Tingkat simbolisasi semakin dangkal"

"Semua yang ada menyimbolkan sesuatu, lho!"

"Lagu diceritakan dengan gamblang, bercerita rasa dengan mata"

"Dunia buat mata kini lebih dimanja"

"Enak sekali bila bisa jadi penguat rasa"

"Peningkatan itu! Itu simbol dari sesuatu yang lain dan lebih luas"

"Simbol kemampuan bersimbol"

Saturday, December 3, 2011

tukapa

tukapa, hidup ada untuk menjawab tanya




tak cuma cerita bukan sulap, ada asal, tak asal ada
seketika merasa yang ada membuat tak ada
hanya dirasa, sadar-tak sadar
sandingan buat tanya sirna
hanya karena tak mampu menyingkirkan selimut mata
rambahan penyakit, sakit jiwa.


bermimpi kalau yang ada hanya maya
hanya karma.


pagi tersela siang
siang terhalang malam
terserap daya sia-sia
hanya karena buta




bukan hanya hendak kertas tergores tinta
malam ini aku kecewa


tukapa.

Wednesday, November 30, 2011

Greatest Guilt

November baru aja lewat. 


Bulan November yang sangat berwarna-warni kayak pelangi, tapi bukan hanya karena hujan yang diagung-agungkan bahkan jadi lagu "asik", November Rain. Di bulan November ini ada beberapa target gue terwujud. Di awal bulan, acara yang dicita-citakan dari lama, sejak merantau ke ibukota (cie..h) terlaksana dengan sukses dan yang paling penting, puas. Dan pementasan Teater Sastra UIBaju Baru Sang Raja juga terlaksana dengan MANTAB. Sejak masuk teater, November selalu jadi bulan yang spesial, karena pementasan besar kita terjadwal di bulan November ini. Terlalu berdosa juga kalau tidak menyadari di November, bulan penuh karya ini juga kehidupan gue menemui titik paling kacau. Agak paradoks memang, tapi begitulah. Di saat ngerjain apa yang jadi kecintaan, gue kerja mati-matian, malah ga bisa tidur, memikirkan apa yang kurang, tapi di sela itu kerjaan gue cuma tidur, seakan gak ada hal lain lagi yang penting, termasuk kuliah dan kehidupan sosial gue. Bukan membela diri, tapi apakah gue sampe di titik jenuh dan lemas setelah di bulan-bulan sebelumnya bareng teman-teman bergerilya, bekerja keras, ya? Dan tidak adanya kegiatan refreshing sama sekali di bulan ini bisa jadi kemungkinannya.


Eh, maaf, maaf... Sekarang ini yang tentang judul yang pengen gue tulis bukan tentang paragraf pertama di atas sebenernya.


Di salah satu hari di bulan November ada peringatan hari guru.
Guru yang mau gue ceritakan sekarang adalah guru gue, guru dalam banyak hal, terbalut pelajaran teater yang jadi muara kehidupan gue. Beliau bernama I. Yudhi Soenarto.


Buanyaaaaaaaaaaaaaaaak banget yang pantas gue ceritakan atas apa yang gue dapatkan dari beliau. Bisa jadi satu buku kalau cerita tentang dia yang kukenal sejak masuk tesas, awal 2008 lah.


Yang mau gue tulis tentang beliau sekarang adalah kegalauan beliau. Galau itu adalah yang sekarang populer dan diminati lebih dari minat orang akan es di musim panas. Yah, kira-kira "galau" di sini ya rasa gundah yang mendalam akan sesuatu yang "gimana gitu".


Menurut gue, beliau adalah orang yang sangat galau, selalu galau. Tapi kegalauannya yang selalu buat mataku terbuka lebar, semakin terbuka lebar. Setelah membaca cerita-cerita orang sejenis, orang seni, kegalauan selalu jadi sahabat buat mereka.


Dia selalu galau melihat yang ada di bumi ini, sesanggupnya, dia selalu mencari tahu tentang kehidupan. Aku tahu karena dia selalu begitu, bercerita, banyak cerita, bahkah masih banyak menyimpan cerita, tapi tak sekaligus "braakkk" diceritakan. Asupan bagi kami murid-murid diaturnya. Kegalauannya selalu meliputi kehidupan, masalah-masalah manusia, bukan masalahnya saja, atau masalahnya adalah masalah sekitarnya, beda 180 derajat dengan kegalauan orang yang galau karena masalahnya sendiri, tidak ada yang lain selain dirinya sendiri. Hal yang tak jarang juga menghampiri diriku. huhu.


The way he galau selalu menginspirasiku, dengan pembawaannya yang santai, tenang, selalu tenang, tapi kalau menurutku dia selalu galau. Tenang tapi galau, galau tapi tenang. Letak kehebatan kegalauannya adalah dia selalu memenangi apa yang digalaukannya, hanya terperangkap dalam kegalauan adalah kekalahan. Karya, itulah yang jadi hasil kemenangan.


Setahuku, sepengelihatanku saja, empat setengah tahun, karya kegalauannya selalu berhasil dan mencengangkan (setidaknya bagiku). 
Mulai dari Pementasan "Sayang, Aku HIV, Kamu Ngapain Aja?", Teater Kecil TIM, 2008 jadi wujud kegalauannya tentang manusia dengan penyakit yang awalnya menyenangkan.
Macbeth, GBB TIM, NOVEMBER 2009 sebagai wujud kegalauannya akan keserakahan akan kekuasaan yang selalu jadi perjuangan manusia dengan segala cara di sepanjang masa, yang digarapnya dan kekuatan naskah William Shakespeare yang dia terjemahkan sendiri, entah kenapa, tapi mungkin karena begitu hebatnya kegalauannya. Percayalah, dia sangat galau. Tapi as always dia menang.
Sketsa Robot, Ver. 01 di Audit Gdg IX FIB UI Mei 2010; Ver. 2.0 GBB TIM, NOVEMBER 2010 jadi bentuk kegalauannya akan manusia yang merobot. Penjelasan singkat ini lebar sekali. Antara aku dan kaulah.
Dan yang terbaru, Baju Baru Sang Raja GBB TIM, NOVEMBER 2011 jadi karya kegalauannya tentang manusia, negara dan pemerintahan. Indonesia. Juga tentang kita.


Sampai paragraf akhir ini, aku masih merasa gagal menceritakan apa yang ingin kuceritakan. ah. Serasa susah benar untuk mengungkapkannya.
Pasti, walau berusaha tidak mengait-ngaitkannya, masih terkait berkurangnya waktuku untuk bergabung di kelas pelajaran yang diajar Mas Yudhi.
Tapi, dengan siap menerima marah darinya, mengingat aku juga punya kegalauan, ya, setiap orang punya kegalauan masing-masing, aku tetap berjalan membawa bekal pelajaran darinya, mempunyai kegalauan aku akan berjalan terus, seperti bagaimana dia memenangi kegalauan-kegalauannya. Dan, selama aku dan beliau masih sama-sama manusia, aku pasti bisa berhasil menang dari kegalauan yang aku miliki. Usai atau sembari menaklukkan yang menjadi kegalauanku, aku akan kembali seperti yang semestinya. Karena pasti, diantara kegalauan masing-masing, pasti ada yang menjadi kegalauan bersama.


Entah kenapa bisa hal berikut menjadi yang terakhir kuungkapkan, beliau selalu berhasil mentransfer kegalauannya. Gelombang kegalauan Mas Yudhi selalu berhasil mengusik nurani, karya-karya garapan bersama yang ada menjadi buktinya.

Tuesday, November 29, 2011

tukipit

Baru dua hari Teater Sastra UI mementaskan "Baju Baru Sang Raja", seperti biasa anak-anak tesas (begitu nama singkat group teater ini) pasti mengalami sebuah sindrom yang sangat hebat, bagaikan sebuah kesepian dan kekosongan yang mendalam. "Jomplang". Hampir berbulan-bulan jungkir balik, kerja keras untuk persiapan pementasan itu, Waktu istirahat sangat sedikit, jam tidur tipis, tapi sekarang itu sudah dilewatkan, raga kini bisa lebih santai.


Sekarang, gema euforia masih menggaung di diri pejuang-pejuang teater Indonesia ini. Sindrom susah tidur, karena kebiasaan di saat persiapan, ga mungkin dilupa begitu saja, tentunya. Semua kenangan keluar sebagai buah dari jiwa yang terpuaskan setiap kali selesai pentas, ada yang menyalurkannya dengan menghidupkan bayang-bayang dari kebahagian itu, ada juga yang saat sendiri merenung, atau tetap bertautan melalui media maya.


Mencari-cari pengisi ruang kosong yang habis ditempati itu, malam ini sepulang berkumpul dengan rencana evaluasi tapi tidak jadi, tetap berkumpul pun menjadi pilihan. Seakan sulit lepas dari atmosfer bulan-bulan yang telah berlalu itu. Terlepas dengan tiba-tiba dengan atmosfer itu bisa mengakibatkan kegilaan.


Pembukaan yang panjang, tapi memang tidak kalah pentingnya dengan yang mau dikatakan.


Berujung di tempat makan, bersama dengan teman yang hebat, @cepiar, topik pembicaraan sampai ke "perempuan". Apakah karena memang itu never-ending-topic atau entah kenapalah, yang menarik, yang jadi quote gw malam ini kayaknya waktu dia cerita tentang dunia asmaranya. Iya, curhat. Katanya gini "Man, gue itu malas berjuang untuk mendapatkan. Bagi gue lebih penting berjuang untuk mempertahankan yang sudah didapat."


Walau tadi dia ngomong itu konteksnya cewek, tapi entah kenapa bagi gue langsung #jlebb banget dan langsung gue bilang untuk buat status dari quote si kawan itu. Untuk menepati janji gue untuk kata-kata gue, tulisan di blog ini ada.


Gue merasa prinsipnya itu, mantep banget. Ketika banyak orang, bahkan orang-orang di dekat gue berjuang se-mati-mati-annya untuk mendapatkan sesuatu, baik barang, duit, cewek, cowok, tapi setelah dapat, mereka malah menyia-nyiakannya, lupa bagaimana dulu itu diperjuangkannya.


Gue juga mikir lebih jauh lagi, ketika yang kita dapat, yang kita miliki ini semua adalah anugerah, walau kita untuk mendapatkannya dengan perjuangan keras, seperti tidak ada lagi perjuangan yang lebih keras ini adalah anugerah, atau kita sebut aja, udah takdir kita, yang jadi tugas Pencipta, kita lupa tugas kita untuk menjaga dan mempertahankannya. Yang pasti, gue sangat tersentil, terkonyong-konyong, terinspirasi dan terlain-lain banget.


Let's seelah, untuk mempertahankan butuh komitmen.


Mengingat kalimat "Lebih sulit mempertahankan daripada merebut", gue salut banget sama si Cepi punya prinsip.


Sama-sama tahulah kita, untuk mempertahankan itu, kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Perjuangannya untuk itu sendiri gak gampang.
Selamat malam, semesta...
Tenang, berjuanglah untuk mendapatkan semua pencapaian-pencapaian kita, nanti ada perjuangan MEMPERTAHANKAN yang gak kalah susahnya untuk memperjuangkannya, kok.

Friday, September 30, 2011

eksodorr !

kisahmu sungguh tak ada tandingan, tapi dulu
jasamu pada setiap orang di sepanjang jalan, itu juga dulu

hari-hari datang saat semuanya sudah terang. pepohonan rindang kini memang tak lagi menghalang
terang darimu itu yang membawa semua menuju kota. terangnya kota sekarang salahkan desa. disusupi mimpi baru, lupa bagaimana dulu mimpi lama beradu

bukankah sesungguhnya hatimu tak kalah besar dengan yang di sana
atau hanya masalah mata yang ditangkap berlomba
dari kisahmu, tidakkah bisa kini kau menjelma. ikut berlomba menangkap mata-mata yang dulunya kau cipta

kala semua bercerita hanya dari cerita, tak ada lagi yang mampu berkata. berkata dari bayang karya dan cahaya
inikah juga inginmu dulu, bersenyawa hanya untuk semasa?

tak terterka apakah ada sisa-sisa masa atau kepulangan yang terpaksa. atau juga kesadaran bahwa ada ruang yang masih terjaga, tak mampu diterangi cahaya biasa, bahkan cahaya mutakhir kota

kalau itu kau
yang tak sengaja kujumpa
di jalan sepulang membebaskan logika
sesampaiku akan ku lap bila ada kaca
kaca di balik cahaya namun terikat dengan kawat atau suara
paling tidak berguna untuk pajangan disebelah bangku atau teman bicara
ketika hati tak tau berjalan kemana
dan hatipun tak ada lagi yang disuka

Saturday, September 24, 2011

Unfriendly Friendship

My childish fire trying to ridicule me lately. Simply, it's trying to say that we can't find professionalism in brotherhood.  There are too many "flexibilities" in which professionalism hates although professionalism not saying that it's rigid, better yet there is brotherhood in professionalism world. Perhaps, I am the most-in-charge-person in this project, so makes me put high expectation there, wanting all perfect, and unfortunately I can't find it (yet). Everybody in this brotherhood knows what we are doing, the purposes, and clearly understand what is the must to do. But, why it's too difficult to do? Do we have to rethink is it still worthy to keep having the brotherhood or keep struggling for this project? Is it good time to ask that questions while some other are very optimistic and doing their best?


Do we still need something wasted: brotherhood without work which can give something for others, humanity like what life is?


I am -not only- mumbling in this tiring moment like, I'm trying do the best we can. If this problem is fully management fault and it's about me, I'll hardly try to give my best more. But how do I know if I'm like living alone in the middle of zombies, never talk, have an evaluation, sharing about each feeling and thought about us? If is it true, now this friendship go unfriendly, how pity the human being story is. Friendship without friendly, human without humanity.


Like what we've already known, the goal of this project is waiting for our professionalism and our max. Professionalism from brotherhood will be something great for us, our brotherhood not only as long as laugh, chit-chat, go, eat drink and smoke together. It will be a worst nightmare if this brotherhood wasted.